Langsung ke konten utama

Barcelona, Jangan Kehilangan Magis!


Musim 2019/2020 adalah musim yang amat pelik untuk Barcelona, gugur di Copa Del Rey, terjungkal di La Liga, dan menelan pil pahit di Liga Champions Eropa, musim yang akan dikenang oleh fans, pemain, hingga direksi klub, sebagai salah satu musim buruk sejarah klub. Kekalahan dari Bayern Muenchen di Liga Champions, menandakan bahwa Barcelona harus berbenah.

"Bagaimanapun kondisinya, Visca Barca," ucap temanku Rahman Kasim, yang seorang fans Barcelona sejati, setiap musim berganti, selalu ia mengoleksi jersey Barcelona di musim itu, bahkan jersey klasik juga beberapa ia punya.

Kekalahan melawan Bayern Muenchen adalah sebuah ujian, juga sebuah sejarah bagi kedua klub. Menjadi sejarah yang hebat untuk Bayern, tapi menjadi catatan sejarah yang kelam untuk Barcelona, kekalahan delapan gol berbalas dua gol menjadikan Barca sungguh amat terhina.

Dalam sepakbola, kalah dan menang adalah hal yang lumrah, tetapi untuk klub sekelas Barcelona, ini adalah hal yang sama sekali tidak wajar.

"Selesai sudah," begitu ungkapan kekecewaan temanku Rahman, setelah menonton pertandingan semalam (15/8), Barcelona semakin kehilangan magisnya di lapangan hijau, kehilangan identitas sebagai klub yang perkasa.

Memang, sejak era kepelatihan Pep Guardiola, tak lagi yang bisa menyamai atau bahkan melampaui kesuksesan era Pep, baik itu dari segi pencapaian trophy maupun dari segi permainan di dalam lapangan. "Magis" Barcelona perlahan memudar ditinggal Pep. Terakhir, yang terbilang cukup fantastis adalah pelatih Luis Enrique, yang mampu membawa Barcelona meraih Treble Winner, atau menjuarai 3 sekaligus piala bergengsi Eropa dan Domestik, namun dari sisi permainan di dalam lapangan, statistiknya masih jauh dari era Pep Guardiola.

Musim ini menjadi musim yang terburuk, faktor mendasar yang menyebabkan melempemnya Barcelona di musim ini adalah buruknya manajemen klub yang berimbas pada buruknya permainan Barcelona di lapangan. Para 'pandit' juga menganalisa hal yang sama di sepanjang musim ini. Ditambah lagi, kualitas pemain di Barcelona saat sekarang ini 'angin-anginan', singkatnya mereka bukan pemain kelas wahid lagi.

Sementara itu, beberapa akun fans Barcelona di Instagram dan Twitter menyuarakan hal yang senada "Barcelona perlu diregenerasi." Memang, lebih dari setengah skuad inti dari Barcelona tidak menunjukkan kualitasnya sebagai pemain yang bermain di klub bintang.

Istilah 'The Right Man in The Right Place' sangat jauh. Banyak nama-nama yang tidak berkontribusi banyak di klub musti didepak.

Keropos di lini belakang, macet di lini tengah, dan mandek di lini serang, membuat Barcelona ketar ketir menjalani musim di tahun ini.

Sejak kepergian Mascherano di posisi bek tengah, tak ada lagi bek kokoh yang mengawal dinding Barcelona. Pique yang sudah 'berumur' musti digantikan posisinya, mencari bek tengah yang tangguh, dan berjiwa petarung. nama seperti Umtiti, Todibo, dan beberapa bek lain di Barcelona tidak mampu menunjukkan kualitasnya, hanya Clement Lenglet yang sejauh ini mampu menjadi andalan di posisi bek tengah.

Di posisi bek sayap, Jordi Alba yang juga sudah memasuki usia tua dalam sepakbola tidak memiliki regenerasi, dan pelapis yang sepadan di posisinya. Musim ini setidaknya Jordi Alba 2 kali meninggalkan skuad karena dibekap cedera, Desember 2019 dan Februari 2020. Junior Firpo yang menjadi pelapis tidak berkontribusi banyak. Jordi Alba dikenal dengan bek saya nafas kuda, rajin membantu saat menyerang, dan bertransformasi cepat saat klub balik diserang.

Hilangnya Playmaker, Barcelona era Pep Guardiola sangat dikenal dengan permainan Tiki-taka dan sepakbola indahnya, tentu hal itu tidak lepas dari dua gelandang kreatif, poros di lini tengah Barcelona, pengatur pertandingan yang ciamik, yakni Xavi Hernandez dan Andres Iniesta. Kehilangan kedua pemain tersebut meninggalkan lubang yang dalam di tubuh skuad Barcelona. Arthur Melo yang digadang-gadang menjadi The New Xavi, tidak mampu menunjukkan kualitasnya, sama seperti yang di ulas Coach Jhustin dalam akun YouTubenya Jhustinus Laksana. Phil Coutinho yang juga digadang menjadi The New Iniesta, tidak mampu berbuat maksimal.

Messi yang menjadi ikon klub, dibuat tidak berdaya dengan kondisi Barcelona sekarang. Beberapa 'Pandit' berpendapat bahwa Messi juga harus di depak dari klub, terlepas dari menurunnya performa sang mega bintang.

Dalam beberapa tahun terakhir, Messi terlihat 'ego', menunjukkan seolah-olah dia lebih besar dari klub. Mulai dari isu ketidaksepakatan dengan transfer kedatangan Coutinho dan Griezman, dan juga isu bahwa Messi hanya ingin bermain bersama Neymar. Terlihat juga dalam 3 musim terakhir, Messi terlihat urung membantu pertahanan jika sedang kehilangan bola. Messi & Suarez terlihat hanya berjalan santai ketika para pemain sedang transisi untuk bertahan.

Tetapi apapun permasalahan Barcelona di beberapa musim terakhir, temanku Rahman Kasim tetap menjadi 'Cules', seorang yang tetap menjadi fans berat Barcelona.

Musim depan, setelah kekalahan memalukan Barcelona dari Bayern, seharusnya membuat Barcelona banyak berbenah. Mengambil hikmah dari 5 Musim kegagalan pahit di kompetisi Eropa.

Setelah kegagalan ini, tersiar kabar bahwa pelatih Enrique Setien dipecat, direktur teknik Eric Abidal yang banyak bermasalah dengan pemain pun juga tidak lepas dari pemecatan. Pemilihan presiden klub dipercepat dari jadwal sebelumnya menjadi Januari 2021, semua tidak lepas dari rasa ingin berbenah, mengembalikan kembali kejayaan klub.

Dalam lapangan, banyak posisi yang musti di perbaiki. Pengganti seorang Gerard Pique di bek tengah. Menarik Messi ke sisi tengah, agar memberi ruang kepada pemain muda untuk bermain di sisi depan. Mencari seorang playmaker yang bisa bertandem dengan Messi di sisi tengah. Menjadi pengatur poros serangan.

Mengganti Luis Suarez yang sudah menginjak usia 33 Tahun, mencari striker yang naluri mencetak golnya sepadan atau melebihi Suarez. Dan tentunya yang paling utama, mencari pelatih yang mampu mengorganisir pemain, pelatih yang memiliki taktik bermain yang hebat, dan pelatih yang mampu mengeluarkan semua kualitas pemain yang ada.

Mungkin, jika dalam dunia Career Mode (permainan berkarir sebagai pelatih sepakbola) dalam Game FIFA, atau Master League di dalam Game PES, saya akan banyak menjual pemain yang telah menginjak usia 30 tahun. Untuk meremajakan klub, dan meregenerasi. Ivan Rakitic, Sergio Busquets, Luis Suarez, Arturo Vidal, Jordi Alba, Sergi Roberto dan Gerard Pique, mungkin akan menjadi nama yang perlu dicari penggantinya, sementara Messi akan saya porsir untuk bermain ditengah, menjadi playmaker.

Sementara itu, banyak nama pemain muda berbakat yang musti di orbit, Ansu Fati, Riqui Puig, Monchu, Araujo, Miranda, hingga nama baru yang masih belia, seperti Pedri dan Fransesco Trincao. Musim ini adalah Musim Berbenah bagi Barcelona, banyak hal yang musti di benahi. Jika berbenah dengan baik maka musim depan menjadi titik balik, Barcelona akan mengukir ulang sejarah masa keemasannya.

Visca Barca! 

Komentar