Langsung ke konten utama

Jangan Kirim Paket Lagi ! Tidak Lucu


Rahma, pertama-tama saya ingin mengucapkan terimakasih atas kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat dan karunianya saya bisa menyukai, menyimpan rasa, dan merindukan senyumanmu.

Salawat juga salam saya haturkan kepada junjungan Nabiullah Muhammad Kekasih Allah S.A.W., karena atas Nur-Muhammad segala ada di bumi tercipta.

Rahma, sepertinya menyenangkan mencintaimu. Ketidakinginanmu dicintai itu yang membuatku senang, sebab saya tidak perlu berekspektasi tinggi tentang cintaku, apakah ia akan berbalas atau tidak. Tetapi, hati laki laki tidak boleh berbohong, sungguh saya musti jujur dan mencintaimu selalu.

Sebelum menghadiahkanmu baju sepakbola ini, saya pernah menghadiahkanmu minuman kesukaanmu. Kau bilang berlebihan, jangan ulangi lagi. Rahma yang cantik, saya tahu bahwa kau menikmatinya, dalam minuman itu pesanku singkat, karena saya belum sempat menemanimu menikmati malam saat itu, maka biarkan minuman itu terlebih dahulu menemanimu. "pertama dan terakhir!" serumu.

Waktu berlalu, saya yang ingin menghadiahkanmu sesuatu lagi, tentu untuk membuatmu bahagia. Setelah bertanya nomor kesukaan, ukuran bajumu, dan alamat rumahmu, maka saya langsung tancap gas membelikanmu jersey ini, bernama punggung inisialmu, dan bernomor punggung kesukaanmu. Apakah kau tidak senang ?, jangan katakan itu Rahma, semoga kau senang atas segala pemberian kecilku. "jangan kirim paket lagi!, nda lucu" katamu seolah menegaskan sesuatu

Rahma, segala hadiah untuk orang terkasih adalah kebahagiaan Rahma. maka dari itu pemberianku kepadamu adalah kebahagiaanku. Jika cintaku belum berbalas, maka menerima segala kecil pemberianku adalah kesyukuranku sebagai orang yang menyintai mu.

Rahma, semoga saya bisa melihat senyumanmu. 

24 Juli

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buttu Cui Yang Kurindukan Setiap Agustus

Buttu Cui adalah sebuah daerah di pinggiran kota Enrekang, hanya dengan menunjukkan di mana letak Masjid Agung Enrekang, maka kamu akan mendapat Buttu Cui.  Saya adalah seorang pemuda yang sewaktu kecil membanggakan diri menjadi orang BTC (singkatan dari Buttu Cui), mungkin yang paling mendasari kebanggaanku ini adalah tim sepakbolanya, ada banyak legenda hidup sepakbola di daerahku ini, begitu juga setelah saya melihat beberapa album di rumah Bapak Rahul, bahwa dahulu hingar bingar kejayaan persepakbolaan Buttu Cui itu benar-benar ada. Juga ada beberapa cerita dari senior-senior di BTC ini ketika mereka beralih dari anak ingusan ke masa remaja. Terlepas dari itu semua, yang paling kurindukan adalah suasana 17 Agustusan di zamanku kecil, yang mana anak kecil sekarang yang seperti usiaku dulu mungkin tidak bisa merasakan kegemilangan, kehebohan, kegembiraan, kebersamaan, dan kebahagiaan pesta rakyat tahunan itu.  Dahulu, setiap Agustusan tiba, ada gengsi, ada prestise yang diba...